Selasa, 29 Juli 2025, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Kharisma menyelenggarakan sebuah kegiatan seminar bertajuk “Islamic Parenting: Pendidikan Anak Metode Nabi” yang dilaksanakan di Aula Desa Bojonglongok, Kecamatan Parakansalak, Kabupaten Sukabumi. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk implementasi tridharma perguruan tinggi dalam bidang pengabdian kepada masyarakat, sekaligus upaya nyata mahasiswa untuk berkontribusi dalam penguatan kesadaran pendidikan keluarga berbasis nilai-nilai keislaman. Seminar ini dihadiri oleh berbagai kalangan masyarakat, khususnya para ibu yang tergabung dalam kelompok PKK, guru dan orang tua murid dari TK Bhakti Bangsa, anggota majelis ta’lim, serta tokoh masyarakat yang memiliki perhatian terhadap pendidikan anak.
Tujuan utama dari kegiatan seminar ini adalah memberikan pemahaman yang komprehensif tentang pentingnya pengasuhan anak dalam Islam dengan meneladani metode Nabi Muhammad SAW. Pemateri dalam kegiatan ini adalah para mahasiswa KKN STAI Kharisma yang telah dibekali dengan teori-teori pendidikan Islam serta praktik komunikasi dakwah berbasis komunitas. Materi yang dipaparkan meliputi pembentukan fondasi iman dan akhlak sejak dini, pentingnya pendekatan kasih sayang dan keteladanan dalam mendidik, penyesuaian metode pengasuhan dengan tahap perkembangan usia anak, serta tantangan kontemporer dalam pengasuhan keluarga akibat perkembangan teknologi dan berkurangnya waktu kebersamaan antara orang tua dan anak.
Dalam bagian pembukaan materi, pemateri menjelaskan bahwa pendidikan anak dalam Islam dimulai dari keluarga sebagai madrasah pertama dan utama. Merujuk pada QS. At-Tahrim: 6 dan QS. Luqman: 13–19, ditegaskan bahwa orang tua memikul tanggung jawab besar dalam menanamkan nilai keimanan, tauhid, dan akhlak yang luhur. Keteladanan Nabi Muhammad SAW menjadi acuan penting dalam praktik pendidikan ini, di mana pendekatan yang digunakan Nabi bersifat empatik, dialogis, dan penuh kelembutan. Nilai-nilai tersebut selaras dengan teori pembelajaran sosial yang dikemukakan Albert Bandura, yang menyatakan bahwa anak memperoleh perilaku melalui peniruan terhadap figur otoritatif yang dihormatinya.
Selanjutnya, seminar ini juga menyoroti pentingnya diferensiasi pendekatan pengasuhan sesuai dengan usia dan perkembangan psikologis anak. Dalam hal ini, pemateri mengaitkannya dengan teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget serta teori zona perkembangan proksimal dari Vygotsky. Orang tua didorong untuk memahami karakteristik anak pada setiap tahap usia agar pola pengasuhan yang diterapkan bersifat adaptif dan mendorong kemandirian. Hal ini juga sejalan dengan prinsip tarbiyah dalam Islam yang memerhatikan perkembangan fitrah anak secara bertahap.
Isu penting lainnya yang dibahas adalah tantangan pengasuhan di era digital, di mana banyak anak terpapar pada teknologi sejak usia dini. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua terkait kecanduan gawai, penurunan interaksi sosial, dan melemahnya nilai-nilai spiritual dalam kehidupan keluarga. Dalam sesi tanya jawab, peserta aktif menyampaikan keresahan mereka terkait fenomena tersebut. Pemateri memberikan beberapa solusi praktis, seperti pentingnya membangun waktu berkualitas antara orang tua dan anak, pengawasan konten digital, serta pembiasaan nilai-nilai Islam melalui kegiatan bersama dalam keluarga, seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan berdiskusi ringan tentang adab sehari-hari.
Kegiatan seminar ini berlangsung dalam suasana yang interaktif dan partisipatif. Diskusi terbuka antara peserta dan pemateri memperkaya pemahaman dan memberikan ruang refleksi atas praktik pengasuhan yang selama ini dijalankan. Respons positif dari para peserta terlihat dari tingginya antusiasme, banyaknya pertanyaan, dan apresiasi terhadap materi yang disampaikan. Beberapa peserta bahkan menyampaikan harapan agar kegiatan semacam ini dapat dilakukan secara berkala dan menjangkau lebih banyak komunitas di wilayah sekitar.
Dari sudut pandang akademik, kegiatan ini mencerminkan keterlibatan mahasiswa dalam mendorong perubahan sosial berbasis pengetahuan. Mahasiswa tidak hanya menjadi pelaku pembelajaran, tetapi juga agen transformasi nilai yang mampu menjembatani ilmu ke dalam kehidupan nyata masyarakat. Seminar ini sekaligus menunjukkan bahwa peran perguruan tinggi, melalui kegiatan KKN, dapat memperkuat kapasitas masyarakat dalam menjalankan tanggung jawab pendidikan keluarga secara lebih sadar, sistematis, dan berbasis nilai agama.
Melalui kegiatan ini, masyarakat Desa Bojonglongok diharapkan semakin memahami pentingnya peran strategis keluarga dalam pendidikan karakter anak. Pendidikan dengan metode Nabi bukan hanya menciptakan anak-anak yang cerdas secara intelektual, tetapi juga unggul secara spiritual dan emosional. Dalam konteks modern yang sarat tantangan moral dan sosial, pengasuhan berbasis Islam menjadi kebutuhan yang mendesak untuk membentuk generasi yang beriman, berakhlak, dan memiliki ketahanan diri dalam menghadapi arus zaman.